Koneksi Antar Materi Modul
1.4
Oleh : Teni Maryani CGP Angkatan 9
Kesimpulan tentang peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah.
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salam sejahtera buat kita semua, Sahabat guru dimanapun berada, dan juga siapa saja yang menjumpai artikel ini, saya mencoba dan belajar menulis artikel dalam blog ini untuk menuangkan dan mengekspresikan terkait apa yang sudah saya pelajari setelah saya mengikuti Pendidikan Calon Guru Penggerak.
Sedikit kilas balik apa yang sudah saya pelajari pada modul 1 tentang : Paradigma dan Visi Guru Penggerak, dan modul 1 ini terbagi menjadi 4 (empat) sub modul yang terdiri dari modul 1.1 materi Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara, Modul 1.2 dengan materi Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak, Modul 1.3 dengan materi Visi Guru Penggerak dan terakhir adalah Modul 1.4 dengan materi Budaya Positif. Dalam rangkaian modul tersebut merupakan rangkaian tentang paradigma dan visi guru penggerak, artinya peran sebagai guru penggerak adalah antara lain sebagai pemimpin pembelajaran yang nantinya bisa mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif.
Dalam modul 1.1 tentang materi Refleksi Filosofi Pendidikan Nasional – Ki Hadjar Dewantara, diberikan pemahaman yang sangat luar biasa karena dalam modul ini merubah mindset/pemikiran tentang pendikan sebagaimana yang disampaikan Ki Hajar Dewantara bahwa setiap murid mempunyai kodratnya masing-masing dan tugas guru hanya menuntun kodrat murid sehingga nantinya murid bisa mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai pribadi dan juga sebagai anggota masyarakat. Ada beberapa hal yang bisa saya pahami dari pernyataan Ki Hadjar Dewantara yang tertuang dalam materi modul 1.1 adalah
- Pendidikan adalah menuntun tumbuh atau hidupnya kodrat yang ada pada anak agar dapat memperbaiki lakunya untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat
- Murid diibaratkan sebagai tanaman, tidak akan tumbuh jagung murid yang mempunyai kodrat padi, dan sebaliknya tidak akan tumbuh padi murid yang mempunya kodrat jagung, guru hanya merawat saja sesuai dengan cara menanam sesuai dengan kodratnya. “tanamlah jagung seperti menanam jagung, dan tanamlah padi seperti menanam padi”
- Pendidikan hendaknya sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamannya
- Pendidikan adalah tempat persemaian segala benih-benih kebudayaan
- Mendidik dengan sistem among (Ing ngarsa sung tulada, Ing madya mangun karsa, dan tut wuri handayani)
- Pendidikan yang menghamba pada anak
- Asimilasi budaya menganut konsep trikon (Kontinyu, Konvergen dan Konsentris)
Berlandaskan pada filosofi Ki Hadjar Dewantara, maka nilai dan peran guru penggerak diantaranya:
1. Nilai Guru Penggerak
a. Berpihak pada murid2. Peran Guru Penggerak
b. Mandiri
c. Kolaboratif
d. Reflektif
e. Inovatif
a. Menjadi Pemimpin Pembelajaran
b. Menjadi coach bagi rekan kerja/guru lain
c. Mendorong kolaborasi
d. Mewujudkan kepemimpinan murid
e. Menggerakkan komunitas praktis
Untuk melaksanakan nilai dan peran guru penggerak maka harus mempunyai Impian/cita-cita untuk murid pada masa depan dengan dituangkan berupa visi guru penggerak. Impian tersebut guru bisa membuat rencana dan alur untuk mencapai sebuah Impian yaitu dengan Prakarsa perubahan melalui rancangan Asset, Tantangan, Aksi dan Pembelajaran (ATAP). Untuk membuat sebuah Prakarsa perubahan yaitu dengan pendekatan Inkuiri Apresiatif (IA) dengan menerapkan tahapan B-A-G-J-A. Adapun tahapan BAGJA ialah Buat pertanyaan (define), Ambil Pelajaran (Discover), Gali Mimpi (Dream), Jabarkan Rencana (Design) dan Atur Ekseksusi (Deliver).
Dari manajemen inkuiri apresiatif BAGJA ini nantinya akan melahirkan Prakarsa-prakarsa perubahan yang sudah terencana dan siap dengan aksinyatanya yang nantinya akan menjadikan sebuah perubahan yang positif sesuai dengan visi guru penggerak dan juga sesuai dengan tujuan Pendidikan nasional. perubahan – perubahan positif yang dibentuk oleh Prakarsa tersebut akan tercipta atau terwujudnya sebuah budaya positif di sekolah.
1. Disiplin positif dan kebajikan universal
a. Miskonsepsi tentang makna control2. Teori motivasi (hukuman,penghargaan dan restitusi)
b. Minskonsepsi makna disiplin
c. Nilai-nilai kebajikan
a. Motivasi perilaku seseorangb. Hukuman, penghargaan dan restitusic. Tersandera oleh penghargaan
3. Keyakinan kelas
4. Lima kebutuhan dasar
manusia dan dunia berkualitas
5. Lima posisi kontrol
guru
6. Segitiga restitusi
Peran saya dalam menciptakan budaya positif di sekolah dimulai dari pemahaman diri sendiri, penyebaran /sharing pada teman sejawat tentang keyakinan kelas, lima posisi kontrol dan penerapan segitiga restitusi. Penyebaran ini saya lakukan dengan metode persuasif (empat mata) sehingga nantinya penerapan disiplin positif bisa dimulai dari diri sendiri dan teman sejawat dan kemudian merambah pada warga sekolah, dengan tujuan dapat menumbuhkan budaya positif yang termotivasi dari dalam yang nantinya akan membentuk karakter murid sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Refleksi Pemahaman atas keseluruhan materi modul Budaya Positif
- Sejauh mana pemahaman Anda tentang konsep-konsep inti yang telah Anda pelajari di modul ini, yaitu: disiplin positif, teori kontrol, teori motivasi, hukuman dan penghargaan, posisi kontrol guru, kebutuhan dasar manusia, keyakinan kelas, dan segitiga restitusi. Adakah hal-hal yang menarik untuk Anda dan di luar dugaan?
a. Disiplin Positif.
Disiplin
positif adalah pendekatan untuk menuntun anak agar berdaya mengontrol diri, dan
bagaimana menguasai diri untuk memilih tindakan yang mengacu pada nilai-nilai
kabajikan. Disiplin positif merupakan komponen utama dalam mewujudkan budaya
positif.
b. Teori kontrol
Pada
dasarnya yang bisa mengontrol seseorang adalah seseorang itu sendiri. Seseorang
bisa melakukan sesuatu atau tidak tergantung pada diri seseorang sesuai dengan
motivasi pemenuhan kebutuhan dasar dan setiap kebutuhan dasar seseorang itu
berbeda.
c. Teori Motivasi
Setiap
perilaku manusia memiliki tujuan dan motivasi. Motivasi bisa berasal dari
eksternal dan internal. Motivasi yang berasal dari eksternal bertujuan untuk
menghindari ketidaknyamanan atau hukuman dan atau untuk mendapatkan
imbalan/penghargaan. Sedangkan untuk motivasi yang berasal dari internal
bertujuan untuk menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai diri sendiri
dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Point dari disiplin positif adalah menanamkan motivasi yang berasal dari
internal/dalam dirinya sendiri sehingga akan menjadi orang yang mereka inginkan dan menghargai
diri sendiri dengan nilai-nilai yang mereka percaya. Mareka akan sadar
dengan keyakinan mereka sendiri dan tidak terpengatuh pada ketidaknyamanan,
hukuman, imbalan atau penghargaan.
d. Hukuman dan penghargaan
Pada
dasarnya hukuman dan penghargaan itu sama, hanya hukuman lebih ke arah cara
mengontrol perilaku murid pada hal negatif sedangkan penghargaan adalah cara
mengontrol perilaku murid pada hal positif. Hukuman mengotrol perilaku
seseorang dengan sifat memaksa, menyakitkan dan menciptakan identitas gagal,
sedangkan penghargaan merupakan bentuk pengendalian perilaku seseorang dengan
suatu benda atau peristiwa yang diinginkan. Namun pada sejatinya pernghargaan
dan hukuman adalah cara mengontrol perilaku murid yang secara tidak langsung menghambat
potensi. Dimana dalam jangka waktu tertentu hukuman dan penghargaan akan
berdampak pada ketergantungan serta mematikan motivasi instrinsik.
e. 5 (lima) posisi kontrol guru
Ada 5
(lima) posisi kontrol guru yaitu:
- Penghukum
- Pembuat merasa bersalah
- Teman
- Pemantau
- Manajer
f. Kebutuhan Dasar Manusia
Kebutuhan
dasar manusia merupakan kebutuhan yang sangat primer pada diri manusia, pada
dasarnya setiap murid yang menyimpang dengan nilai-nilai kebajikan atau
melanggar sebuah keyakinan, pada dasarnya murid tersebut tidak terpenuhinya
salah satu kebutuhan dasarnya. Ada 5 (lima) kebutuhan dasar manusia yaitu:
- Kebutuhan untuk bertahan hidup (survival)
- Kebutuhan kasih sayang dan rasa diterima (Love and belonging)
- Kebutuhan penguasaan (freedom)
- Kesenangan (fun)
- Penguasaan (power)
g. Keyakinan kelas
Keyakinan
kelas adalah nilai-nilai kebajikan yang diyakini oleh kelas untuk menumbuhkan
motivasi instrinsik dan budaya positif di kelas.
h. Segitiga Restitusi
Restitusi
adalah proses menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahan
mereka, sehingga mereka bisa Kembali pada kelompok mereka dengan karakter yang
kuat. Dalam menciptakan restiusi perlulah beberapa Tindakan yang saling
berkaitan satu sama lain, ada 3 (tiga) Tindakan yang saling berkaitan dalam proses
menciptakan kondisi bagi murid untuk memperbaiki kesalahannya, sehingga dari 3
(tiga) tindakan dalam restitusi disebut dengan segitiga restitusi. Tujuan dalam
segitiga restitusi adalah membimbing murid berdisiplin positif dengan motivasi
yang berasal dari dalam (internal). Tahapan-tahapan pada pendekatan segitiga
restitusi yaitu:
- Menstabilkan identitas/Stabilize the identity.
- Validasi Tindakan yang salah (validate the misbehaviour)
- Menanyakan keyakinan (seek the belief)
Adakah hal-hal menarik untuk anda dan diluar dugaan?
- Hukuman dan penghargaan. Pada awalnya saya meyakini bahwa hukuman adalah sesuatu tindakan /sangsi yang bisa memotivasi murid untuk melaksanakan peraturan sekolah dikarenakan takut dengan adanya sangsi/hukuman dan saya sangat meyakini bahwa penghargaan adalah suatu tindakan yang dapat memotivasi murid sebagai bentuk apresiasi tentang perilaku baik kepada murid. Ternyata setelah saya mempelajari modul 1.4 ini hukuman dan penghargaan sama-sama bisa mematikan motivasi intrinsik murid, dan pada jangka waktu tertentu penghargaan akan membuat murid ketergantungan.
- Keyakinan dan peraturan kelas. Pada awalnya saya meyakini bahwa peraturan kelas merupakan suatu sistem yang sangat efektif untuk mengatur murid agar nantinya murid bisa berdisiplin positif sesuai dengan koridor peraturan kelas. Namun setelah saya mempelajari modul 1.4 peraturan justru tidak efektif dalam menciptakan budaya positif, peraturan hanya berasal dari motivasi eksternal yang nantinya akan bersifat ketergantungan pada suatu peraturan, sedangkan keyakinan kelas merupakan motivasi yang bersumber dari dalam, sehingga ada atau tidak adanya peraturan murid akan melakukan dan menerapkan disiplin positif sesuai dengan keyakinannya.
- Segitiga restitusi. Hal yang paling menarik ketika pada tahapan menstabilkan identitas ketika seorang guru berkata pada murid bahwa “tidak apa-apa melakukan kesalahan, dan setiap orang pasti melakukan kesalahan”. Sehingga dari kalimat yang diucapkan oleh guru, murid bisa mengubah identitas mereka dari orang yang gagal menjadi orang yang sukses. Sedangkan yang sering saya lakukan biasanya menyudutkan murid dengan membahas berbagai aktivitas penyimpangan mereka dari beberapa sudut pandang.
- Perubahan apa yang terjadi pada cara berpikir Anda dalam menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah Anda setelah mempelajari modul ini?
- Perubahan paradigma tentang hukuman dan penghargaan. Yang semula saya beranggapan bahwa penghargaan adalah langkah yang efektif untuk menumbuhkan budaya positif, ternyata untuk mebangun budaya yang positif harus berawal dari motivasi intrinsik yang nantinya akan membentuk sebuah keyakinan, baik keyakinan di kelas maupun sekolah
- Perubahan teori kontrol. Yang semula saya beranggapan bawa guru bisa mengotrol murid dengan daya dan upayanya, ternyata setelah mempelajari modul 1.4 guru dapat mengontrol murid itu hanyalah sebuah ilusi. Yang dapat mengontrol murid sebenarnya adalah murid itu sendiri. Walaupun tampaknya guru sedang mengontrol perilaku murid namun pada sejatinya murid mengizinkan dirinya dikontrol. Dari hal tersebut butuh motivasi instrinsik dari murid untuk menciptakan keyakinan kelas agar murid bisa melakukan sesuai dengan motivasi dari dalam.
- Perubahan segitiga restitusi. Yang semula saya menyelesaikan kasus penyimpangan dengan cara mengintervensi murid dengan menunjukkan sisi-sisi kesalahan dari berbagai sudut pandang, sekarang keyakinan saya berubah dengan menstabilkan identitas dari orang yang gagal menjadi orang yang sukses.
- Pengalaman seperti apakah yang pernah Anda alami terkait penerapan konsep-konsep inti dalam modul Budaya Positif baik di lingkup kelas maupun sekolah Anda?
- Bagaimana perasaan anda ketika mengalami hal tersebut?
- Menurut Anda, terkait pengalaman dalam penerapan konsep-konsep tersebut, hal apa sajakah yang sudah baik? Adakah yang perlu diperbaiki ?
Hal baik yang sudah saya lakukan yaitu adanya peraturan yang sudah mengikat, tinggal bagaimana saya mengubah peraturan tersebut menjadi sebuah keyakinan, baik keyakinan kelas maupun keyakinan sekolah.
Adapun hal yang perlu saya perbaiki yaitu mengubah mindset/pemikiran diri saya sendiri agar menjadi posisi kontrol sebagai penghukum dan pemberi penghargaan menjadi sebuah guru yang bisa mengambil peran sebagai manajer.
- Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang paling sering Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda saat itu? Setelah mempelajari modul ini, posisi apa yang Anda pakai, dan bagaimana perasaan Anda sekarang? Apa perbedaannya?
- Sebelum mempelajari modul ini, pernahkah Anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan murid Anda? Jika iya, tahap mana yang Anda praktekkan dan bagaimana Anda mempraktekkannya?
- Selain konsep-konsep yang disampaikan dalam modul ini, adakah hal-hal lain yang menurut Anda penting untuk dipelajari dalam proses menciptakan budaya positif baik di lingkungan kelas maupun sekolah?
Langkah dan strategi yang lebih efektif, konkret, dan realistis untuk mewujudkan budaya positif di sekolah :
Judul : Sosialisasi Pembuatan keyakinan kelas dan Penerapan Segitiga Restitusi di SekolahNama Peserta : Guru SMPN 1 Sukatani
Latar Belakang :
Pembelajaran
di sekolah akan berlangsung dengan baik jika didukung penerapan budaya positif.
Dengan budaya positif, akan terwujud pembelajaran yang berpihak kepada murid
sehingga mereka bisa belajar dengan aman, nyaman, dan senang. Untuk
mendukung terwujudnya budaya positif di sekolah perlu adanya pembentukan
keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi. Di SMP Negeri 1 Sukatani
tidak semua guru paham tentang keyakinan kelas dan segitiga restitusi. Oleh
karena itu, perlu dilakukan sosialisasi tentang pembuatan keyakinan kelas dan
penerapan segitiga restitusi bagi para guru di SMP Negeri 1 Sukatani
Tujuan :
Tujuan
dari aksi nyata adalah guru mendapatkan pemahaman mengenai keyakinan kelas dan
segitiga restitusi sehingga bisa diterapkan di sekolah untuk mendukung
terwujudnya budaya positif.
Tolak Ukur :
Tolok ukur keberhasilan kegiatan
ini adalah :
- Guru memahami konsep pembuatan keyakinan kelas dan penerapan segitiga restitusi.
- Adanya poster atau dokumen keyakinan kelas yang dipajang di setiap kelas.
- Guru mampu menerapkan segitiga restitusi saat menangani permasalahan siswa.
Lini Masa Tindakan yang akan dilakukan :
- Membuat perencanaan kegiatan
- Membuat materi tentang budaya positif dalam bentuk slide Powerpoin
- Berkonsultasi dengan kepala sekolah untuk mendapatkan masukan mengenai materi yang sudah dibuat dan penentuan jadwal sosialisasi.
- Bekerja sama dengan petugas sarana prasarana untuk mempersiapkan ruang presentasi.
- Melaksanakan presentasi/sosialisasi
- Refleksi kegiatan
Dukungan yang dibutuhkan :
- Dukungan berupa izin pelaksanaan kegiatan dari kepala sekolah
- Dukungan dari rekan sejawat/guru untuk mengikuti kegiatan sosialisasi
- Sarana prasarana dan petugas yang mendukung pelaksanaan sosialisasi