Selasa, 13 Februari 2024

DEMONSTRASI KONTEKSTUAL MODUL 3.1

 


PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERBASIS NILAI-NILAI KEBAJIKAN SEBAGAI PEMIMPIN

v  Pendahuluan

Kegiatan pada sesi ini, saya cebagai Calon Guru Penggerak akan untuk melakukan wawancara kepada dua orang pimpinan sekolah . wawancara pertama yakni pimpinan tempat saya bertugas di SMPN 1 Sukatani Ibu Eva Nurlaela, S.Pd dan Kepala sekolah dari SMPN 10 Purwakarta Bapak Ecep Kustiwa, M.Pd tentang beberapa hal dalam pengambilan Keputusan sebagai pimpinan sekolah.  Semoga dalam wawancara ini saya akan mendapatkan beberapa pencerahan dan pengalaman berharga.

Dalam sesi wawancara terhadap kedua narasumber tersebut, saya mengajukan beberapa pertanyaan, tapi sebelumnya saya berdiskusi dahulu tentang definisi Bujukan Moral dan Dilema Etika agar nantinya memiliki persepsi yang selama jalannya proses wawancara. Pertanyaan-pertanyaan yang saya ajukan, yakni ;

    1. Selama Bapak/Ibu memimpin, bagaimana cara Bapak/Ibu dalam mengidentifikasi alam mengidentifikasi kasus-kasus yang kasus-kasus yang terjadi di sekolah? Seperti kasus dilema etika atau bujukan moral?
    2. Selama Bapak/Ibu memimpin, bagaimana cara Bapak/Ibu dalam menjalankan pengambilan keputusan di sekolah, terutama pada kasus-kasus yang mengandung dua kepentingan yang samasama benar atau sama-sama mengandung nilai kebajikan?
    3. Langkah-langkah atau prosedur seperti apa yang biasa Bapak/Ibu lakukan selama ini?
    4. Hal-hal apa saja yang selama ini Bapak/Ibu anggap efektif dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
    5. Hal-hal apa saja yang selama ini merupakan tantangan dalam pengambilan keputusan pada kasus-kasus dilema etika?
    6. Apakah Bapak/Ibu memiliki sebuah tatakala atau jadwal tertentu dalam sebuah penyelesaian kasus dilema etika, apakah Anda langsung menyelesaikan di tempat, atau memiliki sebuah jadwal untuk menyelesaikannya, bentuk atau prosedur seperti apa yang Anda jalankan?
    7. Adakah seseorang atau faktor-faktor apa yang selama ini mempermudah atau membantu Bapak/Ibu dalam pengambilan keputusan dalam kasus-kasus dilema etika?
    8. Dari semua hal yang telah disampaikan, pembelajaran apa yang dapat Bapak/Ibu petik dari pengalaman Bapak/Ibu mengambil keputusan dilema etika?

v  Hasil Wawancara

  • Sesi wawancara dengan Ibu Eva Nurlaela, S.Pd  sebagai Kepala Sekolah SMPN 1 Sukatani.  
Selama beliau menjalankan sebagai pemimpin sekolah dan pengambilan keputusan, cara beliau mengidentifikasi kasus-kasus yang terjadi di sekolah biasanya beliau tidak hanya fokus pada kasus tersebut melainkan juga menyelami sejauh mana karakter orang-orang yang terlibat di dalamnya, menyelami dalam hal ini adalah, beliau cenderung sudah memiliki standar tertentu, misal  jika orang tersebut  jika orang tersebut karakter A maka  akan cenderung berbuat B dan sejenisnya, dengan mengenali  jenis karakter ini dari orang-orang yang terlibat dapat membantu beliau dalam  mengidentifikasi kasus-kasus yang sedang terjadi.

Selanjutnya, apabila terjadi kasus-kasus yang mengandung dua kepentingan yang sama-sama benar cara yang diambil Ibu Eva Nurlaela dalam menjalankan keputusannya adalah beliau akan mengambil keputusan memilih mana yang lebih mungkin masih bisa dikembangkan dan yang tidak masih bisa dikembangkan dan yang tidak merugikan pihak sekolah dan tidak merugikan nama baik sekolah (jika kaitannya dengan nama baik sekolah).

Langkah-langkah atau prosedur yang selama ini Langkah-langkah atau prosedur yang selama ini telah dilakukan Ibu Eva Nurlaela dalam pengambilan keputusan keputusan  adalah terlebih dahulu mengidentifikasi keuntungan dan kerugian yang mungkin ditimbulkan dan meminta saran dan masukan pada  beberapa wakasek atau yang berkaitan dengan suatu kasus  sehingga suatu keputusan  bisa dipertanggungjawabkan oleh semua pihak serta mempertimbangkan untuk keberpihakan pada murid. 

Menurut beliau, meskipun kasus Dilema Etika sudah sering terjadi, namun bukan sesuatu yang mudah untuk diambil keputusan faktor yang menjadi tantangan salah satunya adalah faktor perasaan/rasa yang mungkin muncul dalam penyelesaian sebuah kasus semisal rasa bersalah, kasihan dan lain sebagainya, sedangkan tentang waktu penyelesaian kasusnya beliau menyelesaikannya menyesuaikan dengan jenis kasus dan seberapa berdampak besar kasus tersebut  bagi banyak orang. Memandang tentang beratnya hal ini beliau merasa membutuhkan banyak pihak beliau merasa membutuhkan banyak pihak untuk membantu mempermudah dalam penyelesaiannya. Setelah diskusi ini salah satu hal yang dapat dipelajari bersama Ibu Eva Nurlaela maupun saya sepakat bahwa penting untuk selalu   aware /sadar dengan gejala sosial di masyarakat untuk memperluas wawasan agar lebih bijaksana dalam mengambil keputusan tentang dilema etika

 

  • Sesi wawancara dengan Bapak Ecep Kustiwa, M.Pd, sebagai Kepala SMPN 10 Purwakarta 

Selama Pak Ecep Kustiwa  dalam memutuskan beberapa kasus hal yang beliau lakukan untuk mengidentifikasi kasus-kasus yang terjadi dengan berdasarkan mencermati fakta yang ada, mengaktifkan sisi intuisi (perasaan) dan mengidentifikasi orang-orang yang terlibat dalam kasus tersebut. kasus tersebut.  Jika terjadi kasus yang mengandung dua kepentingan yang sama-sama benar biasanya Pak Ecep Kustiwa akan menganalisa dilihat dari skala prioritas dan yang memiliki efek negatif lebih kecil. Prosedur yang dilakukan oleh Pak Ecep Kustiwa dalam kaitannya untuk memutuskan sebuah kasus adalah dengan mendengarkan informasi dari berbagai pihak, serta memperhatikan kode etik yang ada terutama untuk memutuskan kasus yang memuat dilema etika, beliau berpendapat bahwa yang paling efektif adalah pengambilan keputusan berdasarkan rasa kepedulian tanpa mengabaikan peraturan.

Tentang tantangan, waktu penyelesaian dan faktor-faktor yang mempermudah pengambilan keputusan pak Ecep Kustiwa bahwa tantangan yang terberat adalah tentang perasaan dan rasa bersalah. Waktu penyelesaiannya pun disesuaikan dengan jenis masalah itu sendiri dan merasa membutuhkan pihak-pihak lain yang hkan pihak-pihak lain yang kompeten dengan kompeten dengan kasus tersebut sebagai faktor yang mempermudah penyelesaian kasusnya.

Pada akhir wawancara saya kagum dengan keteguhan Pak Ecep Kustiwa sebagai pemimpin, yaitu setelah banyak hal yang dilalui dalam menyelesaikan setiap kasus beliau menyadari bahwa pada akhirnya setiap keputusan tidak dapat selalu menyenangkan semua pihak, beliau menyadari betul hal itu sebagai pemimpin dan menerima dengan lapang dada.

 

Analisa

Untuk membantu saya menganalisa tentang hasil wawancara dengan dua pimpinan saya di sekolah, saya akan menguraikannya dengan jenis dilema etika, prinsip pengambilan keputusan dan pengujian keputusan mana yang lebih sering digunakan.

1. Paradigma Dilema Etika

Bu Eva Nurlaela  dalam pengambilan keputusan dalam menerapkan paradigamadisesuaikan dengan jenis dilema etikanya akan tetapi cenderung kepada paradigma jangka pendek lawan jangka panjang karena dalam pememilihan keputusan mempertimbangkan  kebaikan jangka pendek artinya yang kelihatannya terbaik untuk saat ini atau yang terbaik untuk masa yang akan datang dilema etika, sedangkan Pak Ecep Kustiwa sering mengedepankan paradigma Dilema Etika Kebenaran lawan kesetiaan, Beliau sering menyampaikan bahwa mencermati fakta yang ada perlu dilakukan, menaati peraturan namun juga tetap mementingkan kepedulian adalah bagian dari cara beliau mengambil keputusan. Ketika dalam salah satu wawancara  dihadapkan pada dua hal yang sama-sama penting dan benar beliau akan melihat mana yang masih banyak kebenarannya dibanding kesetiaan karena harus memilih antara jujur atau setia (atau bertanggung jawab) kepada orang lain dan akan jujur menyampaikan informasi berdasarkan fakta atau kita akan menjunjung nilai kesetiaan pada profesi, kelompok tertentu, atau komitmen yang telah dibuat sebelumnya.


  2. Prinsip Pengambilan Keputusan

Pada prinsip pengambilan keputusan, bu eva nurlaela cenderung berpikir berbasis peraturan, hasil akhir namun juga memiliki kepedulian dimana beliau selalu mengatakan penting untuk memiliki kepedulian namun tidak melanggar peraturan dan selain itu saya merasa bahwa beliau juga berorientasi dan siap tentang hasil akhir dimana dalam kesimpulan wawancara beliau mengatakan bahwa pada akhirnya (hasil akhir) tidak selalu dapat memuaskan semua pihak yang terlibat. Sedangkan Pak Ecep Kustiwa cenderung lebih mengutamakan kepedulian dengan sangat berhati-hati dalam pengambilan keputusan  dan cenderung lebih mengutamakan perasaan. Beliau beberapa kali menyinggung tentang keharusan untuk mengamati secara lebih jauh kondisi sosial masyarakat yang terus bergerak dan selalu menyelami karakter orang-orang yang terlibat sebagai salah satu faktor pendukung dalam memutuskan sebuah kasus.

 

3. Langkah Pengambilan Keputusan

Terkait langkah-kangkah pengambilan keputusan yang mereka lakukan secara umum mereka telah menerapkan langkah-langkah yang menurut saya kurang lebih hampir sama seperti isi lebih hampir sama seperti isi teori pada modul teori pada modul 3.1 ini, seperti mengenali nilai-nilai yang bertentangan, menentukan pihak-pihak yang terlibat (seperti dalam wawancara), mengumpulkan fakta-fakta sebelum memutuskan, mendengarkan keterangan banyak pihak hanya saja dikarenakan mereka tidak memiliki konsep pengetahuan dari modul ini, sehingga apa yang mereka lakukan mungkin saja tidak berurutan sesuai dengan sembilan langkah pengambilan dan pengujian keputusan. Mungkin yang masih perlu sering dilakukan adalah melihat kembali keputusan dan merefleksikan sehingga rasa bersalah yang beliau berdua sebutkan sebagai tantangan akan menjadi minim terjadi.

Namun, secara umum sebetulnya beliau berdua telah melakukannya apa-apa yang terangkum dalam konsep materi pada modul 3.1. Demikian analisa sederhana dari hasil wawancara dengan Ibu Eva Nurlaela selaku l Kepala Sekolah SMPN 1 Sukatani  dan Pak Ecep Kustiwa selaku Kepala Sekolah SMPN 10 Purwakarta. Masih terdapat banyak kekurangan pada banyak hal, Semoga dapat diperbaiki lagi kedepannya.

 

Terima kasih


Tidak ada komentar:

Posting Komentar