Senin, 09 Agustus 2010

Mata Pelajaran Pengujian Logam

Pengujian Logam

1. Sistem Pengujian Rockwell

Pada pengujian rockwell yang diukur bukan luas bekas penenkanan, tetapi ukuran kedalaman penekenan. Ukuran ini dapat menjadi ukuran langsung nilai kekerasan rockwell. Untuk mendapatkan angka kekerasan yang besar, ukuran dalam bekas penekanan di kurangi oleh angka beban permulaan sehingga hasilnya akan lebih akurat.
Benda-benda penekan yang banyak dipergunkan adalah:
a. Sebuah peluru berukuran 1/16” dari baja yang disepuh, dinyatakan dalam skala B (Ball)
b. Sebuah kerucut intan dengan sudut puncak 120o¬ dan bulatan pada puncaknya dengan jari-jari 0,2 mm, dinyatakan dalam skala C (Cone)



Pada sistem skala B dipasang beban permulaan sebesar 10 kg sehingga terjadi bekas penekanan a. Dengan ditempatkannya beban tambahan sebesar 90 kg, maka terjadi penekanan yang lebih dalam yaitu b. Setelah beban dihilangkan maka ukuran c merupakan kekerasan menurut Rokwell B pada skala tertentu. Jarum pengukur yang pada pembebanan penuh melangkah sampai x, berputar kembali sampai y, setelah beban induk dihilangkan. Perbedaan antara x dan y itu merupakan sebuah ukuran bagi pantulan elastis. Titik y secara langsung menunjukkan angka kekerasan menurut Rockwell-B.
Pada penetapan kekerasan menurut skala C, sebuah kerucut dibebani dengan 10 kg beban permulaan disusul kemudian dengan beban tambahan sebesar 140 kg sesuai dengan cara yang di pakai pada skala B.
Satu derajat skala rockwell itu sama dengan penekanan0,002 mm.










Contoh : angka-angka kekerasan yang sesuai
Brinell 190 = Vickers 200 = Rockwell-B 91,5
Brinell 284 = Vickers 300 = Rockwell-C 29,8

Keuntungan Skala Rockwell bila dibandingkan dengan Brinell :
a. Percobaan dalam bentuk benda kerja jauh lebih sedikit, karena beban penekan yang lebih kecil.
b. Pembacaannya dapat dilakukan lebih cepat, sehingga dapat dipakai untuk menguji benda-benda secara massal.
c. Logam-logam keras dapat diuji.
Kekurangannya:
a. Pencatatan yang kurang teliti, dengan adanya kotoran, gemuk atau debu.
b. Batas ukurannya kecil, harus diketahui dulu berapa kira-kira kekerasan benda yang akan diuji untuk memilih dengan tepat beban penekan dan beban manakah yang aka dipergunakan.

2. Sistem Pengujian Poldi
Pada praktek sering dipergunakan palu Poldi untuk menguji kekerasan dari suatu bahan.
Palu tumbuk peluru ini yang mudah dipegang diletakan dengan sebuah peluru kecil di atas benda keras. Ke dalam palu poldi ini dimasukkan sebuah batang benda kerja yang telah diketahui kekerasannya. Batang baja itu kita namakan batang pembanding. Dengan sebuah palu dipukulkan kepada poldi ini maka akan diperoleh bekas-bekas dari peluru ini. Berdasarkan daftar-daftar yang bersangkutan dapat diketahui kekerasannya.











3. Sistem Pengujian Shore.
Pada pengujian ini pada benda uji dijatuhkan suatu bobot dari sebuah kerucut intan atau peluru baja didalam sebuah tabung gelas yang telah diberi pembagian skala.
Tinggi pantulan tumbukan bobot tersebut merupakan ukuran bagi kekerasan. Sistim ini sangat baik untuk dipakai dalam menetapkan kekerasan sebuah lapisan yang sangat tipis. Selain itu, pengujian ini tidak menimbulkan kerusakan apa-apa pada benda kerja.










PENGUJIAN KERAPUHAN ATAU KEULETAN

Pengujian pukul, pengujian ini adalah untuk memperoleh gambaran bagaimana sikap bahan apabila mendapat beban kejutan (sifat liat). Kita dapat membedakan pengujian pukul takik, dimana benda uji dilemahkan dengan adanya takikan setempat dan pengujian pukul tarik. Sistem pengujian ini ada dua jenis yaitu Charpy dan Izod, yang membedakannya hanya posisi benda uji/penyimpanannya pada pesawat pukul takik. Martil pemukul diayunkan melalui sudut α. Tenaga patahnya = GxR (cos β- cos α).
Harga pukul takik atau siaf liat takik = tenaga patah dalam kgm dibagi penampang dalam mm2. Penampang ini ditetapkan di tempat alur takik tersebut. Hasil pengujian ini menunjukkan ketahanan bahan terhadapkejutan-kejutan, akan tetapi tidak memberikan harga-harga yang dapat dipergunakan untuk menghitung bagian-bagian produksi.
Harga-harga yang diperoleh dengan batang-batang yang sama dan dari bahan yang sama pula. Faktor lain yang mempengaruhi harga adalah: lebar batang uji temperatur, bentuk alur takik.
Pengujian pukul tarik atau keuletan pukul tarik = tanaga patah dalam kgm dibagi penampang dalam mm2. Daya pukul yang telah dihitung perlu ditinjau kembali untuk memperoleh hasil yang cukup teliti, antara lain memperhitungkan tahanan udara, dan gesekan pesawat serta beban yang hilang.















PENGUJIAN LELAH

Pada pengujian lelah benda uji yang bulat dijepit dan diberi beban lengkung, sehingga beban tersebut harus bisa menahan beban tarik, tekanan dan lengkungan. Pada tumpuan diberikan beban putar yang putarannya tidak boleh lebih dari 10000 rpm. Faktor kelelahan ditetapkan menurut besarnya beban dan banyaknya jumlah putaran.
Pengujian lelah ini memberikan informasi tentang tahan lama suatu bagian mesin pada beban bertukat-tukar, contohnya kekuatan atau tahan lamanya suatu poros (poros engkol, poros utama).




PENGUJIAN MAGNETIS

Pada pengujian magnetis, benda uji yg akan di tes kerusakannya terlebih dahulu dijadikan magnet. Setelah itu ditaburi dengan serbuk atau disirami dengan minyak mineral yang mengandung bagian-bagian oksida besi yang sangat halus. Hasilnya dapat ditemukan sobekan-sobekan, lubang-lubang.
Untuk embuat magnet pada benda uji dipergunakan arus searah atau arus bolak-balik. Dengan arus bolak-balik hanya ditemukan retakan-retakan yang terbuka. Dengan arus searah dapat ditemukan cacat yang lbih dalam. Cara pengujian magnet ini hanya dapat dilakukan pada benda uji yang bisa dijadikan magnet.












PENGUJIAN FLOUR BERSINAR

Untuk menguji bahan yang tidak magnetis, untuk menemukan retakan-retakan misalnya baja austenit, logam-logam nonferro dan bahan non metal dilakukan uji flour bersinar.
Pada pelaksanaannya benda uji di lumasi dengan cairan flour bersinar, setelah bahan tadi dikeringkan maka zat cair tersebut akan tinggal di dalam retakan-retakan yang ada. Setelah dicuci dengan air dan bahan itu dikeringkanlagi, maka ditaburi dengan bubuk yang menyerap bahan flour tadi dan yang dapat dilihat apabila disinari dengan cahaya ultra lembayung.


















PENGUJIAN SUPERSONIK

Pada cara ini dipergunakan gelombang-gelombang suara dengan frekwensi yang melampaui kepekaan pendengaran manusia, kira-kira 10000 perioda pada tiap-tiap detik.
Gelombang-gelombang ini dimasukkan ke dalam benda kerja dan akan memantul pada lubang-lubang atau bidang tepi dasar untuk kemudian kembali lagi dan ditangkap oleh pesawat penangkap. Jika dalam benda kerja itu terdapat suara cacat, maka pada pesawat tsb dapat terungkap selain gema dasar juga gema cacat.
Pengujian supersonik lebih baik dipergunakan untuk menyelidiki kerusakan bahan yang cacat-cacatnya berada dibawah bidang permukaan benda-benda uji.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar