LAPORAN
PENELITIAN TINDAKAN KELAS
UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA MENYUSUN TEKS BERBENTUK PROCEDURE MELALUI MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH DI KELAS IX A SMP PASUNDAN BANJAR
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Penguasaan kemampuan Bahasa Inggris merupakan sebuah syarat mutlak yang harus dimiliki di era komunikasi dan globalisasi saat ini. Pembelajaran Bahasa Inggris (Language Learning) di jenjang SMP merupakan materi pokok sebagai bagian dari fungsi pengembangan diri siswa dalam bidang Ilmu Pengetahuan, teknologi dan seni yang diharapakan setelah menamatkan studi, mereka mampu tumbuh dan berkembang menjadi individu yang cerdas, terampil dan berkepribadian sebagai bekal hidup di masa mendatang.
Penguasan materi pelajaran Bahasa Inggris dalam jenjang SMP meliputi empat keterampilan berbahasa, yaitu: menyimak, berbicara, membaca dan menulis. Semua itu didukung oleh unsur-unsur bahasa lainnya, yaitu: Kosa Kata, Tata Bahasa dan Pronunciation sesuai dengan tema sebagai alat pencapai tujuan. Dari ke empat keterampilan berbahasa di atas, Writing (menulis) merupakan salah satu kemampuan berbahasa yang dirasa sering menjadi masalah bagi siswa dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris. Hal tersebut sangat menarik untuk diteliti mengingat kemampuan menulis (writing ability) sangatlah dipengaruhi oleh penguasaan kosa kata, struktur bahasa dan kemampuan siswa dalam merangkai kata menjadi sebuah teks yang berterima. Perbedaan secara grammatical antara bahasa Inggris sebagai bahasa asing dan bahasa indonesia sebagai bahasa utama merupakan masalah yang sering timbul pada saat belajar menulis. Kemampuan mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure dan report.adalah salah satu Kompetensi Dasar (KD) yang harus dikuasai oleh siswa Kelas IX Sekolah Menengah Pertama (SMP).
Pembelajaran mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure telah penulis lakukan secara klasikal. Dalam pembelajaran tersebut penulis menjelaskan materi pokok yang terdapat dalam indikator sebagai berikut :
- Menyusun kalimat acak menjadi teks yang padu berbentuk procedure.
Dalam kegiatan inti pembelajaran, siswa biasanya diberi contoh teks monolog berbentuk prosedure dan siswa diminta untuk mencari arti dari teks tersebut yang kemudian dirangkai menjadi sebuah kalimat yang benar. Proses pembelajaran seperti itu sudah biasa dilakukan oleh penulis dan ternyata hasil pembelajaran siswa tidak sesuai yang diharapakan dan siswa masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Penulis memperoleh data dari hasil pengamatan melalui refleksi yang dilakukan bahwa siswa terlihat pasif, bosan dan bahkan ada beberapa siswa yang mengeluh tidak percaya diri dalam mengungkapkan ide atau gagasannya. Mereka tentunya kesulitan dalam mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru. Hal ini sangat mengundang pertanyaan dan asumsi bahwasannya metode pembelajaran tersebut tidak berhasil (gagal) dan cenderung tidak efektip.
Setelah mengamati uraian di atas, dapat dilihat sebuah gambaran kegagalan terhadap hasil dan proses belajar dan hal tersebut merupakan masalah yang harus segera diatasi. Sebagai upaya memperbaiki kegagalan tersebut penulis berusaha mencari metode dan strategi pembelajaran yang tepat sebagai solusi selanjutnya. Penulis sadar bahwa di era Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan ini, guru dituntut untuk kreatif dan inovatif. Guru harus mampu mencari satu teknik pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi kelas. Prinsip PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan) harus dilaksanakan. Guru bukan lagi merupakan sosok yang ditakuti dan bukan pula sosok otoriter, tetapi guru harus jadi seorang fasilitator dan motor yang mampu memfasilitasi dan menggerakkan siswanya untuk mendapatkan ilmu pengetahuan yang mereka butuhkan.
Setelah mengikuti pelatihan guru melalui MGMP BERMUTU (Better Education Through Reformed Management and Universal Teaching Upgrading yang diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Banjar, serta pengalaman penulis saat mengikuti berbagai pelatihan dan pendidikan, penulis mencoba memadukan pendekatan Contextual Teaching And Learning dengan pendekatan Cooperative Learning dengan menggunakan model pembelajaran Mix and Match.
Penulis mencoba merencanakan melakukan penelitian tindakan kelas dengan judul, “Upaya Peningkatan Kemampuan Siswa Menyusun Teks Berbentuk Procedure Melalui Model Pembelajaran Make a Match Di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar”
2. Perumusan Masalah dan Pemecahan Masalah
a. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah: ”Apakah melalui Penggunaan Model Pembelajaran MAKE A MATCH dapat meningkatkan Kemampuan Siswa Untuk Menyusun Teks Berbentuk Procedure Di Kelas IX A SMP Pasundan Banjar?”
b. Pemecahan Masalah
Terdapat tiga macam modalitas belajar yang digunakan oleh seseorang dalam pembelajaran, pemrosesan informrasi, dan komunikasi (DePorter, dkk, 2000). Senada dengan yang diungkapkan oleh Tim Power Brain Indonesia dalam situsnya menyatakan bahwa secara ilmiah sudah diketahui bahwa dalam hal penyerapan informasi tersebut manusia dibagi menjadi 3 bagian; manusia visual, yang mana ia akan secara optimal menyerap informasi yang dibacanya/ dilihatnya; manusia auditorik, di mana informasi yang masuk melalui apa yang didengarnya akan diserap secara optimal; dan manusia kinestetik, di mana ia akan sangat senang dan cepat mengerti bila informasi yang harus diserapnya terlebih dahulu “dicontohkan” atau ia membayangkan orang lain tersebut melakukan hal tadi (http://www.medikaholistik.com).
Berdasarkan hal tersebut diatas, penulis mencoba menggunakan metode Contextual Teaching Learning (CTL) penulis gunakan dalam upaya membangun pengetahuan siswa terhadap materi yang disampaikan yang mengedepankan kerjasama antar teman secara berkelompok dengan model pembelajaran Make a Match atau mencocokkan kartu yang berisi kalimat acak menjadi sebuah teks yang berterima.
Dalam pembelajaran kontekstual tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar pada siswa dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber pembelajaran yang memadai. Guru bukan hanya menyampaikanmateri pembelajaran berupa hafalan tetapi mengatur lingkungan dan strategi pembelajaran. Lingkungan belajar yang kondusif sangat penting danmenunjang pembelajaran kontekstual. Hal ini senada dengan Mulyasa (2006:103) mengemukakan :
pentingnya lingkungan belajar dalam pembelajaran kontekstual;(1) belajar efektif itu dimulai dari lingkungan belajar yangberpusat pada siswa. Dari guru akting di depan kelas, siswamenonton ke siswa aktif bekerja dan berkarya, guru mengarahkan; (2) pembelajaran harus berpusat pada bagaimana cara siswa menggunakan pengetahuan baru mereka. Strategibelajar lebih dipentingkan dibandingkan hasilnya; (3) umpan balik amat penting bagi siswa; (4) menumbuhkan komunitas belajar dalam bentuk kerja kelompok itu penting.
Sementara itu menurut Nurhadi (2004: 148-149) kunci dalam pembelajaran kontekstual adalah; (1) real word learning; (2) mengutamakan pengalaman nyata; (3) berpikir tingkat tinggi; (4) berpusat pada siswa; (5) siswa aktif, kritis dan kreatif; (6) pengetahuan bermakna dalam kehidupan; (7) pendidikan atau education bukan pengajaran atau instruction; (8)memecahkan masalah; (9) siswa akting, guru mengarahkan, bukan guru akting, siswa menonton; (10) hasil belajar di ukur dengan berbagai cara bukan hanya dengan tes.
Dengan demikian pembelajaran yang menggunakan pendekatan kontekstual memiliki ciri harus ada kerja sama, saling menunjang, gembira, belajar dengan bergairah, pembelajaran terintegrasi, menggunakan berbagai sumber, siswa aktif, menyenangkan, tidak membosankan, sharing dengan teman, siswa kritis dan guru kreatif. Proses kegiatan pembelajaran dapat lebih bermakna jika kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan berangkat dari pengalaman belajar siswa dan guru yaitu kegiatan siswa dan guru yang dilakukan secara bersama dalam situasi pengalaman nyata, baik pengalaman dalam kehidupan sehari-hari maupun pengalaman dalam lingkungan.
3. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemampuan siswa untuk menyusun teks procedure.
2. Mengembangkan strategi pembelajaran dan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan.
3. Siswa dapat melibatkan diri secara aktif dalam kegiatan komunikasi dengan mengemukakan gagasan, pendapat dan perasaannya secara sederhana baik lisan maupun tertulis.
4. Manfaat Hasil Penelitian
a. Manfaat bagi Peneliti
1. Mengembangkan model pembelajaran yang efektif, efisien dan menyenangkan yang dapat melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris untuk meningkatkan kompetensi menulis mereka.
2. Membantu memperbaiki / meningkatkan proses hasil belajar dan mengajar.
3. Membantu pendidik.
4. Membantu dalam penyusunan karya ilmiah yang merupakan salah satu syarat kenanikan pangkat dari golongan IVa ke jenjang berikutnya.
5. Membantu dalam penyusunan karya ilmiah untuk dijadikan penilaian guna mendapatkan tunjangan sertifikasi guru/pendidik. meningkatakan kualitas profesionalisme guru sebagai
b. Manfaat Keilmuan
1. Meningkatkan kemampuan siswa mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek sederhana dengan menggunakan ragam bahasa tulis secara akurat, lancar dan berterima untuk berinteraksi dalam konteks kehidupan sehari-hari dalam teks berbentuk procedure
2. Meningkatkan rasa senang dan motivasi belajar.
3. Meningkatkan kepercayaan diri siswa dalam menulis teks sederhana
4. Meningkatkan kompetensi komunikatif dan prestasi Belajar Bahasa Inggris.
5. Melalui model pembelajaran Make a Match membantu memperbaiki pembelajaran Bahasa Inggris di SMP Pasundan Banjar
5. Hipotesis Tindakan
Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Jika dalam pembelajaran mengungkapkan makna dalam langkah retorika dalam essai pendek berbentuk procedure melalui Teknik Make a Match, maka kualitas proses dan hasil pembelajaran akan meningkat”.
B. KAJIAN PUSTAKA DAN RENCANA TINDAKAN
1. Kajian Pustaka
1.1.Teks Procedure
Teks procedure bertujuan untuk memberikan petunjuk tentang langka langkah/metoda/cara-cara melakukan sesuatu (Otong Setiawan Djuharie, 2006 :38). Teks procedure umumnya berisi tips atau serangkaian tindakan atau langkah dalam membuat suatu barang atau melakukan suatu aktifitas. Teks procedur dikenal pula dengan istilah directory.
Teks procedure umumnya memiliki struktur :
1. goal, tujuan kegiatan,
2. materials, bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat suatu barang/melakukan suatu aktifitas yang sifatnya opsional,
3. steps, serangkaian langkah.
1.2.Contextual Teaching and Learning (CTL)
Contextual Teaching and Learning (CTL) merupakan proses pembelajaran yang holistik dan bertujuan membantu siswa untuk memahami makna materi ajar dengan mengaitkannya terhadap konteks kehidupan mereka sehari-hari (konteks pribadi, sosial dan kultural), sehingga siswa memiliki pengetahuan/ ketrampilan yang dinamis dan fleksibel untuk mengkonstruksi sendiri secara aktif pemahamannya. CTL disebut pendekatan kontektual karena konsep belajar yang membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkannya dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota masyarakat.
1.3.Cooperative Learning (CL)
Pendekatan Kooperatif (Cooperative Learning) merupakan suatu pendekatan pengajaran yangmengutamakan siswa untuk saling bekerjasama satu dengan lainnya untuk memahami dan mengerjakan segala tugas belajar mereka. Kegiatan bekerjasama dapat mengembangkan tingkat pemikiran yang tinggi, keterampilan komunikasi yang penting, meningkatkan minat, percaya diri, kesadaran bersosial dan sikap toleransi terhadap perbedaan individu.
Belajar kelompok, memiliki kesempatan mengungkapkan gagasan, mendengarkan pendapat orang lain, serta bersama-sama membangun pengertian, menjadi sangat penting dalam belajar karena memiliki unsur yang berguna menantang pemikiran dan meningkatkan harga diri seseorang. Dengan pengalaman belajarnya siswa dapat mengkonstruk pengetahuannya sendiri.
Lundgren mendeskripsikan keterampilan kooperatif yang perlu dikembangkan dalam pembelajaran kooperatif sebagai keterampilan interpersonal dalam belajar. Keterampilan kooperatif tersebut meliputi tiga (3) tingkatan, yaitu tingkat awal, tingkat menegah dan tingkat mahir, dalam setiap tingkat terdapat beberapa keterampilan yang perlu dimiliki oleh siswa agar dapat melaksanakan pembelajaran kooperatif dengan baik. Keterampilan tersebut antara lain mengunakan kesepakatan, menghargai kontribusi, mengambil giliran dan berbagi tugas, mendorong partisipasi (tingkat awal), mendegarkan dengan aktif, menunjukkan penghargaan dan simpati, bertanya, menerima tanggung jawab, dan membuat ringkasan (tingkat menengah), mengelaborasi, memeriksa dengan cermat, menanyakan kebenaran dan berkompromi (tingkat mahir).
Cooperative Learning merupakan satu strategi pembelajaran yang terbaik yang telah diteliti. Hasilnya menunjukkan bahwa siswa memiliki kesempatan untuk bekerja bersama-sama, belajar lebih cepat dan efisien, memiliki daya ingat yang lebih besar dan mendapat pengalaman belajar yang lebih positif. Pembelajaran kooperatif siswa belajar dan membentuk pengalaman dan pengetahuannya sendiri secara bersama-sama dalam kelompoknya.
Penulis menyetujui bahwa pendekatan kooperatif sangat cocok untuk digunakan dalam pembelajaran di era KTSP ini, hanya saja tujuh pilar kooperatif ini dianggap terlalu berat jika akan dilaksanakan semua dalam pembelajaran di SMPN Pasundan Banjar Kelas IX A. Maka dari itu, penulis mendesain satu teknik pembelajaran yang lebih sederhana tanpa mengurangi esensi dari kooperatifitu sendiri. Dalam penelitian ini, penulis menggunakan Model pembelajaran MAKE A MATCH.
1.4.Model Pembelajaran Make a Match
Model pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang sama sekali baru bagi guru. Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda (tinggi, sedang dan rendah) dan jika memungkinkan anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta memperhatikan kesetaraan jender. Model pembelajaran kooperatif mengutamakan kerja sama dalam menyelesaikan permasalahan untuk menerapkan pengetahuan dan keterampilan dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.
Guna meningkatkan partisipasi dan keaktifan siswa dalam kelas, guru menerapkan metode pembelajaran make a match. Metode make a match atau mencari pasangan merupakan salah satu alternatif yang dapat diterapkan kepada siswa. Penerapan metode ini dimulai dari teknik yaitu siswa disuruh mencari pasangan kartu yang merupakan jawaban/soal sebelum batas waktunya, siswa yang dapat mencocokkan kartunya diberi poin.
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
1.5 Rencana Tindakan
Rencana tindakan yang dapat digunakan untuk mengatasi pembelajaran Writing agar dapat menarik, siswa menjadi termotivasi, minat belajar siswa tinggi adalah dengan metode pembelajaran kooperatif. Dengan optimalisasi pembelajaran Bahasa Inggris melalui metode Kooperatif merupakan alternatif proses pembelajaran agar lebih menyenangkan dan bermakna. Dalam hal ini penulis menggunakan teknik pembelajaran Make a Match.
Teknik metode pembelajaran make a match atau mencari pasangan dikembangkan oleh Lorna Curran (1994). Salah satu keunggulan tehnik ini adalah siswa mencari pasangan sambil belajar mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan. Langkah-langkah penerapan metode make a match sebagai berikut:
1. Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep atau topik yang cocok untuk sesi review, satu bagian kartu soal dan bagian lainnya kartu jawaban.
2. Setiap siswa mendapatkan sebuah kartu yang bertuliskan soal/jawaban.
3. Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang.
4. Setiap siswa mencari pasangan kartu yang cocok dengan kartunya. Misalnya: pemegang kartu yang bertuliskan nama tumbuhan dalam bahasa Indonesia akan berpasangan dengan nama tumbuhan dalam bahasa latin (ilmiah).
5. Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas waktu diberi poin.
6. Jika siswa tidak dapat mencocokkan kartunya dengan kartu temannya (tidak dapat menemukan kartu soal atau kartu jawaban) akan mendapatkan hukuman, yang telah disepakati bersama.
7. Setelah satu babak, kartu dikocok lagi agar tiap siswa mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya, demikian seterusnya.
8. Siswa juga bisa bergabung dengan 2 atau 3 siswa lainnya yang memegang kartu yang cocok.
9. Guru bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan terhadap materi pelajaran.
Rencana tindakan itu tidak hanya diberikan dalam satu kali tatap muka tetapi dapat dilaksanakan lebih dari satu pertemuan dalam tiap siklus. Setelah siswa melakukan kunjungan studi ke luar atau observasi lapangan sampai siswa mengerjakan tugas dan menghasilkan sebuah karya serta mempresentasikannya.
C. METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research) yang dilaksanakan dengan mengikuti prosedur penelitian berdasarkan pada prinsip Kemmis dan Taggart (1988) yang mencakup kegiatan perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), refleksi (reflection) atau evaluasi. Keempat kegiatan ini berlangsung secara berulang dalam bentuk siklus. Penelitian ini dilakukan dengan cara berkolaborasi dengan guru-guru MGMP Bahasa Inggris Kelompok 3.
1. Setting Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SMP Pasundan Banjar. Alamat sekolah di Jalan Tentara Pelajar No. 158 Kota Banjar. Penelitian ini merupakan tugas kelompok 3 MGMP program BERMUTU yang pada pelaksanaannya Guru Model berkolaborasi dengan 5 orang Guru Bahasa Inggris yang tergabung dalam kelompok 3. Subyek penelitian yang di ambil adalah kelas IX A. Waktu pelaksanaan pada Bulan Februari 2010 atau pada semester 2.
Kelas IX A berjumlah 41 siswa, laki-laki 17 dan perempuan 24 siswa dengan latar belakang sosial-ekonomi siswa mayoritas anak buruh dan petani dengan tingkat kesejahteraan menengah ke bawah. Buku-buku pembelajaran yang dimiliki sendiri masih terbatas. Kemampuan akademik siswa masih terbatas karena motivasi belajar siswa yang rendah. Situasi kelas saat pembelajaran masih belum optimal, siswa masih belum seluruhnya mempunyai keaktifan dalam belajar.
2. Persiapan Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini menggunakan metode pembelajaran kontekstual dengan persiapan :
a. Pembuatan lembar instrumen penelitian
b. Mempersiapkan materi pembelajaran untuk tugas observasi dan diskusi.
c. Mempersiapkan model pembelajaran dan media pembelajaran
d. Perencanaan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) agar menarik dan mudah dipahami siswa.
e. Mempersiapkan dan menentukan lokasi pembelajaran sesuai dengan materi pembelajaran.
f. Persiapan pre test, post tes dan pembuatan perangkat penilaian.
g. Lembar penilaian proses untuk memantau keaktifan, kemandirian,kompetensi, kelancaran dan ketepatan.
h. Membuat lembar observasi untuk memantau kegiatan proses pembelajaran dan mengetahui optimalisasi pembelajaran Make a Match.
3. Siklus Penelitian
Dalam pelaksanaannya penulis merencanakan menggunakan 2 siklus sebagai dasar penelitian tindakan kelas.
SIKLUS ke-1
Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:
1. Menganalisis Silabus/ Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan
2. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dengan metode CTL dengan menggunakan model Pembelajaran Make a Match.
3. Merancang model pembelajaran klasikal.
4. Mendiskusikan penerapan model pembelajaran interaktif.
5. Menyiapkan instrumen (angket, pedoman observasi, tes akhir).
6. Menyusun kelompok belajar peserta didik.
7. Merencanakan tugas kelompok.
Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:
1. Melaksanakan langkah-langkah sesuai perencanaan.
2. Menerapkan model pembelajaran klasikal.
3. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai rencana.
4. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan.
5. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.
Tahap Mengamati (observation), mencakup:
1. Melakukan diskusi dengan guru Bahasa Inggris kelompok III MGMP Bahasa Inggris Kota Banjar dan kepala sekolah untuk rencana observasi.
2. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran klasikal yang dilakukan guru kelas IX.
3. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan model pembelajaran klasikal.
4. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahankelemahan atau kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.
Tahap refleksi (Reflection), mencakup:
1. Menganalisis temuan saat melakukan observasi pelaksanaan observasi.
2. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan model pembelajaran klasikal dan mempertimbangkan langkah selanjutnya.
3. Melakukan refleksi terhadap penerapan model pembelajaran klasikal.
4. Melakukan refleksi terhadap kreativitas peserta didik dalam pembelajaran Bahasa Inggris.
5. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar peserta didik.
SIKLUS ke-2
Tahap Perencanaan (Planning), mencakup:
1. Mengevaluasi hasil refleksi, mendiskusikan, dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya.
2. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat pembelajaran.
3. Merancang perbaikan berdasarkan refleksi siklus 1.
Tahap Melakukan Tindakan (Action), mencakup:
1. Melakukan analisis pemecahan masalah.
2. Melaksanakan tindakan perbaikan dengan menggunakan penerapan model pembelajaran Make a Match.
Tahap Mengamati (observation), mencakup:
1. Melakukan pengamatan terhadap penerapan model pembelajaran Make a Match.
2. Mencatat perubahan yang terjadi.
3. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.
Tahap Refleksi (Reflection), mencakup:
1. Merefleksikan proses pembelajaran Make a Match
2. Merefleksikan hasil belajar peserta didik dengan penerapan model pembelajaran Make a Match.
3. Menganalisis temuan dan hasil akhir penelitian.
4. menyusun rekomendasi.
Dari tahap kegiatan pada siklus 1 dan 2, hasil yang diharapkan adalah agar (1) peserta didik memiliki kemampuan dan kreativitas serta selalu aktif terlibat dalam proses pembelajaran Bahasa Inggris; (2) guru memiliki kemampuan merancang dan menerapkan model pembelajaran interaktif dengan kerja kelompok khusus pada mata pelajaran Bahasa Inggris, dan (3) terjadi peningkatan prestasi peserta didik pada mata pelajaran Bahasa Inggris.
4. Pembuatan Instrumen
Pengamatan yang dilakukan secara kolaboratif yang melibatkan guru mata pelajaran yang sejenis sebagai pengamat di kelas ini menggunakan instrumen penelitian sebagai berikut :
a. Potongan kartu yang berisi kalimat prosedure yang di acak dan dibagikan kepada semua siswa sebagai instrumen menyusun sebuah teks prosedur
b. Lembar Observasi dan Lembar Cek list
c. Lembar Kerja Siswa sebagai evaluasi atau penilaian
5. Analisis dan Refleksi
Analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah memanfaatkan analisa deskriptif kuantitatif dari proses dan hasil belajar. Analisis juga dilakukan dari hasil observasi dan wawancara. Analisis berdasarkan siklus yang secara bertahap. Analisis 1 dalam siklus 1 yang hasilnya direfleksikan ke siklus 2. refleksi yang dilakukan sesuai dengan perencanaan yang dilakukan. Penelitian dengan metode pembelajaran kontekstual ini, peneliti berharap siswa akan menjadi lebih termotivasi dalam proses pembelajaran. Tindak lanjut dalam penelitian ini siswa dapat menjadi lebih aktif dan pembelajaran kontekstual akan dilakukan secara kontinyu oleh guru.
D. JADWAL PENELITIAN
Rencana Jadwal penelitian sebagai berikut:
No | Tanggal Pertemuan | Tahapan Kegiatan | Keterangan |
1 | 9 Februari 2010 | Siklus 1 Tahap Perencanaan Tindakan (Planning) | |
2 | 19 Februari 2010 | Tahap Tindakan (Action) | SMP Pasundan Banjar |
3 | 19 Februari 2010 | Tahap Pengamatan (Observation) | |
4 | 23 Februari 2010 | Tahap Refleksi (reflection) | |
5 | 02 Maret 2010 | Siklus II Tahap Perencaan Tindakan (Planning) | |
6 | 9 Maret 2010 | Tahap Tindakan (Action) | SMP Pasundan Banjar |
7 | 9 Maret 2010 | Tahap Pengamatan (Observation) | |
8 | 12 Maret 2010 | Tahap Refleksi (reflection) | |
9 | 15 Maret 2010 | Tahap Analisis Data dan Deskripsi Temuan sebagai bahan Laporan | |
10 | 23 Maret 2010 | Penyusunan Laporan PTK | |
E. DAFTAR PUTSAKA
Kemmis, S. dan Taggart, R. 1988. The Action Research Planner. Deakin:
Wibawa, Basuki. 2003. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Depdiknas
Dirjen Pendasmen Dirtendik: 2003.
Arikunto, Suharsimi. 2005. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Dirjen
PMPTK.
Suhardjono et.al. 2005. Pedoman Penyusunan Karya Tulis Ilmiah Di Bidang Pendidikan Dan Angka Kredit Pengembangan Profesi
Guru.Jakarta: Dirjen Dikgu dan Tentis.
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Lampiran
Permendiknas no 22 Tahun 2006 Tentang Standar Isi. Jakarta
Depdiknas. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan: Lampiran
Permendiknas no 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan. Jakarta : ----------.
Mulyana, Slamet.2007. Penelitian Tindakan Kelas Dalam Pengembangan
Profesi Guru. Bandung : LPMP.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar